Selasa, 30 Agustus 2016




EMPU NALA MENYERBU BORNEO


Belum banyak yang tahu tentang orang ini. Dalam buku sejarah dasar,Empu Nala tidak diceritakan atau di ulas.  Padahal jasa-jasanya sangat besar dalam memenuhi misi dan visi Nusantara di bawah Sumpah Palapa yang tersohor itu. Empu Nala berada di garis depan berbagai pertempuran darat atau laut. Bumper utama yang berhadapan langsung dengan lawan. Secara ideologi, mental dan spiritual satu aliran dengan atasannya langsung Gajah Mada. Setia sampai pertempuran terakhir dibawah Pataka Gula Kelapa ( Panji Merah Putih). Memegang kendali penuh seluruh armada Getih Getah.
Gelar jabatan Empu Nala adalah Rakryan Tumenggung alias Panglimanya Tumenggung. Artinya, dibawah jabatannya tersebut, Mpu Nala masih memiliki sejumlah Tumenggung yang membawahi beberapa angkatan perang. Baik di darat maupun di laut. Tanpa Mpu Nala, mungkin sumpah Mahapatih Gajah Mada tidak berjalan dengan sukses.

Selain seorang panglima yang trengginas di medan perang, Empu Nala juga sangat terinspirasi oleh Gajah Mada di berbagai hal, salah satunya dalam hal religiusitas. Dia membangun tempat persembahyangan megah berupa candi Budha di wilayah tinggalnya di Kambangrawi (Probolinggo), meniru Gajah Mada yang membangun candi Budha di tempat tinggalnya di Madakaripura.

Suatu kali Empu Nala turun langsung menjalankan misi intelejen ke kerajaan tua yang di duga berdiri 250-an tahun sebelum masehi itu. Dalam penyamarannya, dia membawa serta istri tercinta yang bernama Dhamayanthi. Keduanya tinggal di kotaraja dekat istana . Menggunakan status saudagar bernama Pudayar, Mpu Nala leluasa keluar masuk sejumlah jalur logistik Nansarunai. Agar bisa mendekati wilayah militer, " Pudayar " membayar kalangan-kalangan tertentu.  Mpu Nala kemudian menganggap perlu segera pulang ke Majapahit untuk melaporkan hasil pengamatannya ke Gajah Mada.  Dhamayanthi diminta tetap tinggal di Nansarunai, melanjutkan tugas mata-mata menggantikan dirinya.

Sebagai mata-mata, Dhamayanthi berhasil menembus lingkaran terdalam istana, bahkan dapat bertatap muka langsung dengan Baginda Anyan yang bergelar Datu Tatuyan Wulau Miharaja Papangkat Amas. Di Majapahit, Mpu Nala berkoordinasi dengan sejumlah tumenggung sekaligus melatih pasukan khusus baru. Ini karena Nansarunai memiliki pasukan siluman berkekuatan cukup tangguh. Mereka tidak di tempatkan pada pangkalan tertentu, namun disebar di hutan rimba. Meski tersebar, mereka memiliki koordinasi yang sangat solid dan mudah mengepung lawan dari berbagai jurusan.

Butuh lebih dari satu tahun melatih pasukan khusus ini. Dalam pelatihan, pasukan khusus tersebut diwajibkan belajar olah kanuragan dengan ilmu kesaktian khusus. Mpu Nala mengorganisasi Suku Kalang yang terkenal mandraguna untuk melatih pasukan ini. Jika sebelumnya Suku Kalang menangani pembangunan candi-candi berdaya mistis tinggi, kali ini suku primitif Hindu asal India ini diberi kesempatan membangun mental spiritual pasukan Majapahit. Maklum, yang dihadapi juga tidak main-main. Nansarunai kebanyakan berasal dari suku Dayak yang juga memiliki ilmu mistik tingkat tinggi.

Setelah dianggap cukup, Mpu Nala berniat menjemput Dhamayanthi sebelum armada Majapahit menyerang. Kembali ke Nansarunai Mpu Nala sangat bahagia, ini karena Dhamayanthi telah memiliki anak yang diberi nama Sekar Mekar. Keduanya kemudian di boyong pulang ke Majapahit.  Menjelang berangkat ke Tuban, tempat pangkalan lautnya bermarkas, Mpu Nala berniat berpamitan pada istri dan sang anak. Namun betapa terkejut, sebelum masuk ke pintu kamar, Nala mendengar Dhamayanthi menina bobokkan Sekar Mekar dengan bahasa dayak yang liriknya mengatakan, bahwa ayahnya bernama Raja Anyan.  Mpu Nala tak jadi berpamitan. Murkanya juga tak langsung tumpah. Dia menuju pangkalan laut dan langsung berangkat.

Armada Majapahit menggempur habis Nansarunai. Mpu Nala meluapkan murkanya secara total di tempat itu. Ribuan pasukan siluman Nansarunai yang telah mengawal kerajaan selama ratusan tahun tewas. Tak ada yang dibiarkan hidup meski terluka. Kemarahan Nala terhadap perselingkuhan Dhamayanthi dengan Anyan betul-betul membuat Nansarunai hancur luar biasa. Istana yang biasanya dijadikan tempat tinggal perwakilan Majapahit  (setelah takluk) turut dibakar dan di robohkan. Majapahit tidak menang mutlak. Pasukan berani mati Nansarunai membuat Majapahit kehilangan lebih dari separuh kekuatan prajuritnya.

Baginda Anyan yang lari dan disembunyikan pengawalnya ke dalam sumur tua berlapis mantera tingkat tinggi berhasil ditemukan. Pasukan Suku Kalang yang dibawa serta berhasil menembus perlindungan gaib Baginda Anyan. Raja itu langsung tewas dibunuh Mpu Nala menggunakan pusaka kerajaan Nansarunai sendiri, yakni sebuah tombak berbentuk lembing.

Berkat jasa-jasa besarnya, semua Suku Kalang yang terlibat dalam pertempuran mendapat jabatan dalam komando pasukan . Prajurit Majapahit yang tewas dalam pertempuran dikuburkan secara
masal di dekat sungai Tabalong yang dikemudian hari dikenal dengan sebutan Tambak-Wasi. Ini karena mereka dikubur sekaligus bersama baju pelindung dan persenjataan besinya. Di pihak Nansarunai, turut tewas panglima perang sekaligus pelayar sohor bernama Jumulaha.

SUMBER

Penggunaan Tag Link

SEJARAH INDONESIA Link

KERAJAAN MAJAPAHIT EMPEROR LAKSAMANA NALA

1 komentar: