Senin, 24 September 2012

PIDATO PRESIDEN DALAM MEMPERIGATI 1 TAHUN KEMERDEKAAN INDONESIA (17 AGUSTUS 1946)


PIDATO PRESIDEN DALAM MEMPERIGATI 1 TAHUN KEMERDEKAAN INDONESIA (17 AGUSTUS 1946)
          Seluruh rakjat indonesia laki-laki perempuan didalam dan diluar negeri!
          Saja utjapkan terima kasih atas utjapan-utjapan selamat terhadap ulang tahun Republik Indonesia. Saja terharu sekali bahwa ini hari kita bisa merajakan ulang tahun Republik Indonesia jang pertama. Saja selalu ingat pada tuhan, pada Allah S.W.A. Saja utjapkan sjukur Alhamdullilah, sebab udjian Republik jang 1 tahun itu berkat jang Maha Kuasa telah lalu dengan selamat.
          Alangkah hebatnya kedjadian-kedjadian tahun jang lalu, 365 hari lamanja kita bekerdja keras, berdjuang, menderita dan menghadapi berbagai-bagai kesulitan-kesulitan jang sebagai gunung besarnja. Selama 350 tahun kita mengalami hidup dalam pendjadjahan belanda, sekarang dengan setjara kilat pada tanggal 17 Agustus 1945 kita telah memproklamirkan kita punja kemerdekaan. Karena kita sudah tahu punja proklamasi itu sudah sepatunja, dan sistim pendjadjahan harus diberhentikan setelah 350 tahun. Proklamasi kita pada dunia adalah sebagai hak bangsa, hak manusia, hak hidup kita. Kita punja proklamasi sebagai seruan jang djelas kepada rakjat dari bangsa kita sendiri untuk menentukan nasib dan perbuatan sendiri. Proklamasi kita menderu-deru diudara mengentarkan djiwa bangsa kita. Rakjat menjambut itu dengan penuh kegembiraan.
          Diisi tertjiptalah hidup baru, apa jang mendjadi milik kita untuk menolong kemerdekaan jang dikehendaki oleh Djiwa kita. Kekuasaan itu waktu masih ditangan Djepang jang berpuluh-ribu banjaknja dengan bersenjata lengkap. Dan tentara serikat segera akan mendarat pula. Dunia belum tahu, bahwa kemauan bangsa kita hendak merdeka. Rakjat kita masih lemah, seolah-olah remuk redam oleh perbuatan Djepang. Diseluruh negeri kita jang kelihatan hanja kemelaratan, kesusahan, kemiskinan. Dalam keadaan jang demikian itu kita mulai berdjuang, dan menjatakan pada dunia kita punja Republik dan Kemerdekaan Indonesia.
          Meskipun keadaan dunia masih gelap jang mengelilingi kita, tapi pada bathin kita nampak tjahaja jang terang menjala api kemerdekaan, api kebangsaan jang dengan kehendak bulat mendjadi satu ketetapan, djadi satu tudjuan. Seluruh bangsa kita kaja, miskin, tua, muda, laki, perempuan terpeladjar atau buta huruf serentak bangkit berdjuang untuk mendjaga proklamasi kita tanggal 17-8-’45.
          Pemerintahan djepang jang sedang hilang semangat dapat kita enjahkan dalam tempo beberapa minggu. Dan dalam beberapa minggu berdirilah pemerintah kita. Dengan begitu proklamasi kita bukan perdjadjian sadja, tapi dibuktikan dengan kemerdekaan jang njata. Dengan begitu kita sebagai bangsa turut bertindak dan menentukan perikemanusiaan dan ikut tanggung djawab pada perdamaian dunia. Sungguh hebat kesulitan-kesulitan jang kita hadapi.
          Kesulitan-kesulitan itu akan ditambah pula sesudah ditambah kekuasaan dari tangan djepang. Serikat mendaratkan soldadunja dan belanda datang lagi jang mengaku dirinja sebagai wakil dari pemerintah  “Hindia-Belanda”. Belanda Nica telah dapat duduk menguasai dibeberapa tempat, dan menguasai lautan dengan mendatangkan serdadu dan kapal-kapalnja dan mengasingkan saudara-saudara, kita diserang. Tapi dalam bathin tidak dapat diasingkan dan akan terus melawan blokkade jang akan melumpuhkan kedudukan kita. Berbagai kesulitan timbul dinegeri kita disebabkan kaki tangan dari orang-orang Belanda dan bangsa kita, hingga timbul bentji-membentji antara bangsa sendiri. Djuga bangsa Belanda menghasut bangsa kita dengan berbagai matjam djalan, hingga timbullah bunuh-membunuh, tembak-menembak sampai sekarang.
          Tentang pekerjaan Apwi telah diurus oleh pemimpin-pemimpin kita jang tanggung djawab. Ribuan orang-orang tawanan sudah dapat dimerdekakan dan dikembalikan, dan buat pekerdjaan ini banjak sekali kesulitan-kesulitannja. Terhadap balatentara serikat jang mau mendarat buat melutjuti Djepang dan mengurus tawanan-tawanan ini seolah-olah kita menghalangi pekerdjaan serikat, padahal dari mula-mula kita sudah menjatakan, bahwa kita bersedia buat membantu Serikat supaja pekerdjaannja  lekas habis, tapi serikat menjusahkan kita. Kalau permintaan kita dikabulkan tentu segala soal djadi gampang dipetjahkan.
          Tuntutan kita supaja tentara jang mendarat djangan ada Belandanja, bukan kita tjuriga, bukan kita memusuhi. Kepada Belanda kita pertjaja, kalau tidak dihalangi kita mau damai. Djika Belanda masuk mungkin soal damai disusahkan oleh militernja, seperti kedjadian-kedjadian di Bandung, Djakarta, Surabaja, Semarang dll. Belanda dan Djepang menghasut pada bangsa kita.
          Hingga timbullah suasana bentji-membentji antara bangsa kita. Inilah jang terutama jang mendorong kita buat menasehatkan pada serikat supaja tentaranja jang mendarat djangan ada Belandanja, karena akan bisa mengusutkan suasana umum, tidak sadja bagi serikat, tapi terhadap penjelesaian Indonesia-Belanda. Sajang Inggeris tidak dapat menolak Belanda buat memasukkan tentaranja. Serikat telah menggunakan bangsa India jang kita tjintai buat bertempur dengan kita, djuga dari akibat ini. Dalam pertempuran-pertempuran ini ternjata pada dunia, bahwa kita memang mau mempertahankan negara kita.
          Ribuan rumah telah hantjur, gedong-gedong jang indah telah binasa dan beberapa banjak rakjat mendjadi korban, tapi semua itu kita anggap sebagai tebusan kehormatan bangsa jang harus dibajar. Dimana-dimana tempat seperti Magelang, Bandung, Semarang, Ambarawa, Padang, Medan dimana serikat memasukkan Belanda, disanalah djadi neraka. Inilah menggontjangkan masjarakat kita. Meskipun negara kita tidak diakui sebagai negara, tetap kita mau merdeka, dan minta supaja diurus oleh kedua fihak jang sama faham dan supaja bisa diselesaikan zonder penumpahan darah.
          Kita tidak mau menjerah begitu sadja, hal mana timbullah pertempuran-pertempuran didaerah-daerah. Ditengah api jang sedang menjala-njalakita harus djalankan pemerintahan kita.
          Mula-mula kita mendirikan tentara kebangsaan, kemudian pemerintahan sipil, kemudian bikin bersih kekatjuan, mengurus rakjat supaja aman dan makmur, memperbaiki perusahaan-perusahaan supaja mendjadi baik. Kereta api, listrik, telepon dll. Semuanja harus diurus dalam keadaan serba sulit dan maha hebat, perekonomian rakjat jang kalut pun harus diselenggarakan dengan setjepat mungkin, banjak sekali lainnja.
          Hal wang tinggalan Djepang tidak terhingga banjaknja, ribuan djuta, wang Djepang jang merusakkan perekonomian kita. Soal pertama hal wang jang merupakan kesulitan maha hebat. Bukan karena kesulitan mentjetak atau kekurangan material. Sebelum wang Republik keluar, terutama haruslah urusan ekonomi diselesaikan lebih dulu sampai sempurna. Dalam keadaan demikian alat-alat untuk penghasilan dan membantu pemerintah tidak dapat menolong, malah disana-sini timbul kalut : Kaum buruh bertindak seolah-olah mereka wakil sep setjara langsung. Mula-mula mengaku bekerdja untuk mentjari makan seluasnja. Hasil perusahaan perusahaan jang semestinja oleh negara banjak jang diurus oleh orang-orang tukang tjatut, demikianpun gudang-gudang. Orang-orang inilah jang tidak baik, bikin rugi dan chianat pada negara harus didjaga. Usaha-usaha untuk perbaikan perusahaan-perusahaan belum dapat disempurnakan menurut jang dikehendaki, karena kekurangan alat-alat buat mendatangkan dari luar negeri masih sulit. Terutama urusan lalu lintas sungguh-sungguh merupakan seperti lautan kesulitan.
          Dalam revolusi pembangunan diperlukan tenaga jang positief dan jang berguna, hal ini Pemerintah ichtiarkan tidak berhentinja buat mengasuh tenaga jang dapat dipakai, dan tidak berhentinja mengadjak tenaga buat susun dan asuh negara. Pemerintah berdaja hindarkan segala bahaja, dan jakin dalam persatuan kebangsaan akan dapat hindarkan dan selesaikan segala rintangan-rintangan. Bersatu teguh, bertjerai kita djatuh !
          Akan tetapi dalam pada itu pemerintah mesti kuat mempunjai kedudukan  sebagai ,,stable-government”, sebagai putjuk pimpinan negara. Hanja dengan kedudukan pemerintah jang kuat dapat diserahi kewajiban besar sebagai pengasuh negara.
          Pemerintah bukannja party, bukannja golongan, tapi pengurus negara, kuasa negara,  harus bertindak kuasa negara. Orang jang kurang mengerti berbahaja bagi negara kita. Pengatjau-pengatjau politik harus dibasmi, jang merugikan negara dan perdjuangan kita keluar dan kedalam harus dihukum. Terhadap orang-orang jang bikin kekalutan di solo dan jogja akan dituntut. Tiap-tiap pengatjau dan pengrusak negara harus berhubungan langsung dengan pemerintah. Pemerintah terhadap luar negeri harus baik, hingga kita sama deradjat. Perundingan sama Belanda  hanja sebagian sadja buat kedudukan jang kita maksud itu.
          Djika perundingan dengan Belanda tentang kemerdekaan  Indonesia tidak dapat persetudjuan maka dengan segala tenaga jang ada pada kita, kita akan berusaha kelapangan lain kalau Belanda tidak pakai kekerasan. Kalau Belanda berkeras kembali maka kita akan mempertahankan kemederkaan kita mati-matian dengan segala kekuatan kita dengan segala alat-alat lahir bathin kita, karena lebih baik hantjur lebur dan hilang musnah daripada didjadjah kembali.
          Terhadap negeri-negeri lain, terutama negeri tetangga kita, kita tetap bersahabat. Segala soal jang timbul akan kita selenggarakan dengan baik. Pemerintah-pemerintah tetangga adalah sebagai lingkungan negeri Republik kita.
          Serikat jang kita tolong bantu buat pekerdjaan Apwi kita, tidak mendapat terima kasih. Malah kapal “Kangean” jang memuat perempuan-perempuan dan anak-anak ketjil di S. Madura telah dibombardir hingga banjak jang mendjadi korban karenanja. Pengangkutan beras kita buat India di Banjuwangi, buat menolong bangsa india kapalnja ditenggelamkan dan dihantjurkan.
          Karena Belanda berbuat begitu, pengangkutan Apwi terhalang dan tertunda buat sementara, bukannja diberhentikan. Dimana tempat-tempat jang diduduki serikat bangsa kita terdjepit. Pengadilan di Djakarta kepunjaan Republik kita ditutup, Rakjat kita dihukum menurut hukum Belanda. Tetapi pemerintahan kita tidak akan lalaikan pada bangsa kita.
          Hasil politik luar negeri telah berlangsung dengan baik terbukti dengan pengiriman-pengiriman beras buat saudara-saudara kita di India, ini ada satu langkah persahabatan kita dikemudian hari. Alangkah baiknja, djika lain-lain bangsa dan negara jang bersahabat dengan kita lekas turut langkah kita terhadap India.
          Dunia tahu bahwa bangsa kita bukannja bangsa jang serakah. Tiap-tiap bangsa mempunjai tjorak sendiri-sendiri dan kemauan sendiri-sendiri, ada bangsa jang punja tjorak militaris, ada jang punja tjorak tukang membudikan. Tapi tjobalah buka sedjarah bangsa kita, didalam sedjarah bangsa jang ribuan tahun belum pernah berbuat sebagai pendjdjah bangsa lain.
          Sebaliknja kekajaan kita, kita bagi-bagikan pada bangsa lain. Tjorak bangsa Indonesia tidak berobah dari dulu-dulu, seperti aliran air tidak akan mengalir dari bawah keatas. Kekajaan kita jang digunakan oleh dunia, kita sediakan  djuga buat gunanja negeri Belanda dan keperluan bangsa kita. Kita masih bersedia buat damai jang diperlukan oleh perikemanusiaan kalau kita tidak diantjam dari luar dan dari dalam.
          Sahabat-sahabat kita didunia banjak mengetahui, djika dipandang dengan adil dan jakin, bahwa maksud-maksud kita itu baik buat kebaikannja bangsa-bangsa didunia. Meskipun kesulitan-kesulitan ditahun jang lalu maha besar maha hebat, dan meskipun kesulitan-kesulitan itu sebagai lautan, tapi kita telah lalui dengan selamat dengan bantuan Tuhan jang Maha Kuasa.
          Selagi kita hidup harus mengalami kesulitan-kesulitan. Bukti-bukti tjukup jang kita madju disegala lapangan. Pemerintah kita lebih kuat baik diluar dan didalam negeri, jang perlu akan diperbaiki lagi. Pertukaran bahan beras dengan India, barang-barang jang kita akan terima sebagai tukarannja akan digunakan buat perbaikan masjarakat bangsa kita. Djuga terhadap pimpinan negara akan diperbaiki terus.
          Kalau Belanda mau mengadakan gerakan militer dinegara ini, Insja Allah kita harus madju, bagaimana beratnja sekalipun jang harus kita lalui. Kepada tentara harus djaga supaja tiap-tiap pertjobaan Belanda jang mau mengatjaukan negara kita harus dilawan dengan segala alat jang ada pada kita.
          Kita mentjintai perdamaian, dan mentjintai kemerdekaan. Kita memelihara perdamaian, kita berani terhadap perkosaan jang akan merusak akan bangsa dan Republik Indonesia. Kalau Republik kita akan dihantjurkan, maka perdamaian akan hantjur, demokrasi hantjur, pengadilan dunia hantjur, moral manusia hantjur, dan gantinja akan datang kekatjauan terus menerus dalam dunia.
          Kita mendirikan Republik, karena kita tjinta demokrasi, untuk kebaikan sendiri dan untuk kebaikan dunia. kita tahu bahwa soal Indonesia sama pentingnja dengan soal perdamaian dunia dan menarik perhatian seluruh dunia. Kita ingin ikut serta dalam usaha bangsa-bangsa jang mentjintai demokrasi dan mempunjai tanggung djawab dalam perdamaian dunia supaja Republik Indonesia lekaslah diakui.
          Kita tjinta perdamaian, tapi kalau kita diperkosa oleh Belanda, kita akan melawan, sebab Tuhan jang Maha Kuasa dan Maha Adil adalah Djenderal kita.
          Rakjat seluruh Indonesia !
          Pada hari ulang tahun ini kita menundukkan kepala ingat pada Tuhan, dan pada korban-korban jang gugur dalam perdjoangan. Saja utjapkan banjak terima kasih kepada Pemerintah bangsa semua orang dan golongan baik jang didalam maupun jang diluar negeri jang telah mengasih bantuan apapun djuga pada perdjuangan kita.
          1 tahun merdeka, marilah kita berdjalan terus dengan berbesar hati. Banjak orang mendirikan Republik, banjak gagal, ada jang baru berumur beberapa minggu, beberapa bulan sadja, tapi Republik Indonesia bisa berdiri 1 tahun, ini ada beda besar. Marilah kita berdjalan terus, Insja Allah kalau bisa 1 tahun 2 tahun 3 tahun 30 tahun 300 tahun, dan seterusnja sampai pada achir zaman. Lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup bertjermin bangkai.
          Kita djaga asal pekerdjaan kita akan membawa untuk kebaikan lain-lain bangsa. Asal persatuan Nasional kita djaga, maka Republik tidak akan tenggelam. Kita harus sabar, ulet, dalam perdjuangan harus tahan menderita, djangan kurang radjin.
          Kita memproklamirkan negara ada gampang, tapi mempertahankan, memiliki negara ada sukar. Hanja rakjat jang mempunjai rasa penuh tanggung djawab tadi, tidak bosanan, itulah jang mendapat negara abadi. Barang siapa ingin mutiara harus berani terdjun dilautan jang dalam. Djangan lembek, mohon pada Tuhan supaja bangsa Indonesia mendjadi satu bangsa jang djaja didunia, mendjadi bangsa kuat, dan tabah.
          Marilah kita berdjalan terus kearah pengakuan Republik Indonesia dan kekalnja Republik Indonesia sampai achir zaman ! Hidup ke Tuhanan jang Maha Esa, hidup persaudaraan dunia, hidup Demokrasi, hidup Kesedjahteraan Sosial. Kepada Tuhan saja mohonkan taufik dan hidajat.

          Merdeka !